Tentara Ngamuk di Sentani

Puluhan prajurit TNI AD dari Batalyon 751/BS Sentani Jayapura, berunjuk rasa dan mengamuk. Mereka memprotes perilaku komandan satuan tersebut karena dianggap melalaikan hak prajurit.

Kadispen TNI AD Brigjen TNI Christian Zebua ketika dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (29/4) mengatakan, aksi unjuk rasa yang disertai pengrusakan sejumlah fasilitas markas Yon 751/BS itu berawal dari prosesi pemakaman salah satu anggota Yon 751/Sentani ke Nabire.

"Para anggota meminta agar rekannya, dimakamkan di Nabire. Namun, komandan setempat keberatan karena biayanya terlalu mahal mengingat harus menyewa pesawat. Akhirnya, para anggota sepakat untuk menyisihkan uangnya untuk membayar 50 persen biaya, dan sisanya ditanggung komandan bersangkutan," ungkap Christian.

Namun, setelah seluruh prosesi pemakaman hingga ke Nabire selesai, para prajurit meminta pengembalian uang yang telah disisihkan untuk membantu pengiriman jenazah rekan mereka ke Nabire. Tetapi tidak mendapat tanggapan positif dari Komandan Batalyon 751/BS Sentani Letkol TNI Lambok Sihotang.

Akibatnya, para prajurit berunjuk rasa sambil melakukan perusakan sejumlah fasilitas markas. "Komandan berusaha menjelaskan perihal prosesi pemakaman itu, namun prajurit keburu kesal dan marah, hingga komandan melarikan diri," tuturnya.

Tentang adanya hak prajurit seperti uang lauk pauk yang belum dibagikan Komandan Lambok, maka Brigjen Christian mengatakan, hal itu bisa saja terjadi.
Tetapi yang jelas, aksi itu dipicu oleh prosesi pemakaman salah satu prajurit satuan setempat yang meninggal dunia. Kita akan dalami terus kasus ini, termasuk kemungkinan adanya hak-hak prajurit yang tidak diberikan," katanya.

Untuk mendalami kasus tersebut, lanjut Christian, maka Mabes TNI AD akan membentuk tim investigasi yang dipimpin langsung oleh Panglima Kodam Trikora.
Mengenai korban jiwa, ia mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerim laporan tentang adanya korban jiwa atau prajurit yang mengalami luka-luka akibat aksi tersebut.

Artikel Menarik Lainnya



1 comments:

Sugeng said...

Patutkah dicontoh bagi kita?