Hasil Pemilu 2009


Dari pengumuman resmi KPU pada hari Sabtu, 9 Mei 2009, disebutkan bahwa suara sah yang terhitung hanya mencapai 104.099.785 suara dari 171 juta penduduk yang harusnya menggunakan hak suara dengan benar. Dari 171 juta penduduk tersebut, sekitar 10% yakni 17.488.581 penduduk menggunakan suara keliru/salah sehingga menyebabkan suara tidak sah. Sehingga ada 66,9 juta (67 juta) “Golput” atau suara penduduk yang tidak menggunakan hak memilihnya dengan tepat. Berikut hasil perolehan suara 9 Partai Politik yang memenuhi ambang batas suara parlemen (Parliamentary Threshold atau PT) :

1.P Demokrat : 21,703,137 = 20.85%
2.P Golkar : 15,037,757 =14.45%
3.PDIP : 14,600,091 = 14.03%
4.PKS : 8,206,955 = 7.88%
5.PAN : 6,254,580 = 6.01%
6.PPP : 5,533,214 = 5.32%
7.PKB : 5,146,122 = 4.94%
8Gerindra : 4,646,406 = 4.46%
9. Hanura : 3,922,870 = 3.77%

Jadi, hanya ada 85 juta suara sah yang memilih 9 partai yang lolos di kursi DPR-RI atau hanya 50% suaranya. Sekitar 19 juta suara (11%) masuk ke suara 25 partai yang tidak lolos PT yang mana suara 19 juta ini tidak dapat mewakili kepentingan nasional di DPR-RI. Dan 39% atau 66.9 juta suara tidak menggunakan hak suaranya dengan tepat (tidak memilih ketika pemungutan suara, dan memilih semua partai sehingga suara menjadi tidak sah). Dilihat dari total suara yang terwakilkan di parlemen, maka 85 juta suara atau hanya 50% suara sah mewakali parlemen sangatlahkecil dan tingkat legitimasi moral pemilu ini akan menjadi rendah ditambah dengan bobroknya pelaksanaan pemilu 9 April ini yang disebut-sebut oleh para pengamat dan profesional sebagai pemilu terburuk sejak reformasi bergulir.

Disisi lain, angka tidak memilih atau golput atau golber (golongan bersih) meningkat pesat dengan angka potensial antara 50 juta hingga 66.9 juta penduduk. Ini adalah angka yang sangat besar. Jika kita hitung total suara sah memilih partai Demokrat+PDI-P+Golkar, ketiga partai ini hanya mendapat legitimasi suara hanya 51,3 juta suara. Angka ini jauh dibawah angka golput (golber) aproksimasi maksimum yang mencapai 66.9 juta atau hampir setara angka golput (golber) aproksimasi minimum yakni 50 juta.

Dari hampir 40% hak suara “gugur” atau disebut golput atau golongan bersih, ada setidaknya 4 alasan mengapa 40% hak suara tidak digunakan yakni:

1. Sikap Apatis Untuk tidak Memilih
Masyarakat yang tidak pergi ke TPS untuk menggunakan hak suara karena berpikir bahwa apapun/siapapun parpol menang, tidak ada perubahan yang signifikan. Lebih baik mereka bekerja untuk menghidupi keluarga. Saya perkirakan ada sekitar 15-20% “golput” (25-33 juta) yang tergolong ini.
2. Tidak Terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Masyarakat yang benar-benar ingin menggunakan hak suaranya, namun tidak dapat menggunakan hak suaranya karena tidak terdaftar dalam DPT. Angka golongan ini hanya sekitar 10-15 juta jiwa atau tidak lebih dari 10% penduduk berhak suara.
3. Konsep Ideologis
Jumlah golongan “golput” atau “golber” ideologis ini cenderung tetap yakni sekitar 5-10 % atau 8,5 hingga 17 juta penduduk hak bersuara . Umumnya terdiri dari cendekiawan kritis yang melihat adanya kebobrokan sistem pemilihan maupun bukti-bukti bobroknya anggota dewan yang selama ini sering diekpos di media massa.
4. Bingung Memilih
Masih banyak orang yang tetap pergi ke TPS namun bingung memilih partai atau caleg apa, sehingga tidak sedikit mereka mencontreng atau mencoblos lebih satu parpol. Angka ini relatif kecil, saya perkirakan sekitar 5% atau tidak lebih dari 8.5 juta jiwa berhak suara.

Perlu kita pahami bahwa meningkatnya angka golput atau golongan bersih tidak bisa dibendung meskipun melalui himbauan/iklan di media massa, sms melalui hp bahkan fatwa MUI sekalipun. Karena sebagian masyarakat kita sudah mulai terkonsep dalam pemikirannya bahwa apapun hampir semua partai politik tidak layak mendapat kepercayaan suara dari rakyat. Fakta dan statistik secara jelas memperlihatkan bahwa semua partai pada realitasnya lebih mementingkan kepentingan partai/golongan dan pribadi terlebih dahulu baru kepentingan rakyat. Meskipun suara-suara kritikan pedas dari media dialamatkan ke wakil-wakil terhormat, mereka tetap saja malas hadir dalam sidang masalah rakyat (dalam statistik data saya : rata-rata tingkat kehadiran anggota DPR hanya 75% selama kurun 2004-2007). Lihat : Partai-Partai Pembolos di DPR (2004-2007)Sumber : Nusantara

Artikel Menarik Lainnya



2 comments:

Siska said...

Saling bersaing..sp yg kuat mereka yg menang..

Unknown said...

Hahaha apapun partainya pilihanku cuma satu Ibdonesia